Saudaraku, kita
bersyukur dan turut merasa senang bila melihat atau mendengar Saudara2 kita
(atau mungkin ada di antara kita sendiri) mengeluarkan (mengadakan pembagian)
sedekah, zakat, santunan kepada anak yatim, santunan kepada fakir miskin,
khitanan massal, atau bentuk2 kegiatan lainnya dalam berbagi rejeki/menolong
sesama. Terkadang kegiatan tersebut dikemas/diorganisir/dikaitkan ke dalam
event2/seremonial tertentu, namun terkadang dilakukan secara langsung. Terkadang
mereka (para calon penerima sedekah/santunan) itu diundang (secara aktif atau
pasif) untuk mengambil/menerima sedekah/santunan, namun terkadang
sedekah/santunan itu yang diantar/dikirimkan ke tempat mereka.
Namun di balik
kesyukuran itu, kita merasa prihatin atas terjadinya hal2 yang tidak diinginkan
seperti adanya korban sakit lebih-lebih korban jiwa (misalnya karena
terinjak-injak/tergencet/kelelahan saat mengantri) yang justru dialami oleh
beberapa calon penerima sedekah/santunan yang seharusnya kita muliakan. Kadang2
juga dapat terjadi calon penerima yang sudah mengantri tetapi tidak kebagian
paket sedekah/santunan karena jumlah orang yang datang melebihi paket yang
disediakan "panitia".
Saudaraku, lantas
bagaimana cara yang sebaiknya ditempuh Saudara2 kita yang akan berbagi rejeki,
agar tidak terjadi ekses negatif tersebut? Menurut hemat saya, sebaiknya
ditempuh cara yang paling aman, manusiawi, dan dapat menjamin kepastian akan
memperoleh paket sedekah/santunan tersebut.
Dilihat dari keamanan dan kemanusiawiannya, menurut hemat saya mengantarkan paket2 sedekah/santuan ke tempat/alamat calon penerima lebih aman dan lebih manusiawi, bila dibanding dengan mengundang mereka untuk (antri) menerima paket tersebut & menentengnya pulang. Mengumpulkan mereka apalagi harus antri/ber-desak2an, selain berisiko juga kurang manusiawi, bahkan dapat menimbulkan kesan mempertontonkan/mempermalukan mereka sekaligus kesan memamerkan kedermawanan orang yang berbagi.
Kalau memang harus dengan mengumpulkan/mengundang mereka, persiapkanlah segala sesuatunya dengan baik agar tetap manusiawi dan tidak memberatkan/membahayakan mereka apalagi emmpermalukan. Undanglah mereka sebagai tamu yang terhormat & harus dimuliakan; bukankah salah satu kesempurnaan Iman seseorang ditandai dengan memuliakan tamunya?
Dilihat dari keamanan dan kemanusiawiannya, menurut hemat saya mengantarkan paket2 sedekah/santuan ke tempat/alamat calon penerima lebih aman dan lebih manusiawi, bila dibanding dengan mengundang mereka untuk (antri) menerima paket tersebut & menentengnya pulang. Mengumpulkan mereka apalagi harus antri/ber-desak2an, selain berisiko juga kurang manusiawi, bahkan dapat menimbulkan kesan mempertontonkan/mempermalukan mereka sekaligus kesan memamerkan kedermawanan orang yang berbagi.
Kalau memang harus dengan mengumpulkan/mengundang mereka, persiapkanlah segala sesuatunya dengan baik agar tetap manusiawi dan tidak memberatkan/membahayakan mereka apalagi emmpermalukan. Undanglah mereka sebagai tamu yang terhormat & harus dimuliakan; bukankah salah satu kesempurnaan Iman seseorang ditandai dengan memuliakan tamunya?
Nah, untuk dapat
menjamin KEPASTIAN akan memperoleh paket inilah yang memerlukan kesediaan
"panitia" untuk berjerih payah melakukan perencanaan & persiapan
yang baik terutama pendataan yang memadai terhadap calon penerima paket2
tersebut. Menurut hemat saya, justru karena rendahnya faktor kepastian inilah
yang menyebabkan mereka rela memilih antri & berdesakan di terik matahari,
dibanding menunggu di rumah dengan hati was-was takut tidak kebagian. Soal
pendataan atau akses data ini tentunya kita dapat melibatkan lembaga/organisasi
terkait baik pemerintah maupun non pemerintah (dinas sosial, bazis, atau
melibatkan pengurus/penggiat lingkungan (RW, RT, Karang Taruna, majelis2
taklim, dsb).
Saudaraku, untuk
berbagi rejeki, selain dengan cara2 di atas yang tampak eksplisit (terpisah)
dari transaksi2 keseharian hidup kita, menurut hemat saya kita perlu
mendampinginya dengan cara2 berbagi rejeki/materi yang bersifat implisit
(melekat/menyatu) di dalam transaksi2 keseharian/keduniaan dalam hidup ini,
mulai dari saat di rumah, di perjalanan, di tempat belajar/bekerja/berusaha, di
tempat belanja, dan di manapun juga saat kita melihat, bertemu atau
berinteraksi dengan orang lain, yang sebagian dari mereka kita nilai perlu
dibantu dari sisi materi. Boleh jadi mereka itu pembantu kita, mungkin penjaja
makanan, atau pedagang keliling, atau tukang sepatu keliling, atau lainnya yang
tiap hari lewat di lingkungan tempat tinggal kita, mungkin pemasok barang
langganan kita, mungkin pengemudi angkot yang sedang sepi penumpang atau
penjual kecil yang sedang sepi pembeli atau anak sekolah yang kehabisan ongkos
pulang, mungkin sekumpulan anak yang memerlukan alat permainan, mungkin WC umum
yang kran/slot pintunya rusak, dan seribu satu kemungkinan lain yang dapat kita
jumpai dan memerlukan bantuan. Berbagilah dengan mereka2 itu misalnya dengan
melebihkan besaran rupiah yang kita bayarkan sebagai gaji atau harga pembelian
barang atau ongkos jasa tertentu atau lainnya….., pendeknya, selain
melakukan/memberikan apa yang menjadi kewajiban kita (sebesar harga/nilai
barang/jasa tersebut), lakukan/berikan/tambahkan juga apa yang menurut
penilaian kita diperlukan mereka, selekasnya.
Dengan melekatkan (mengimplisitkan) amalan kebaikan pada transaksi2 kehidupan keseharian ini diharapkan nilai2 agama dapat terimplementasi dalam kehidupan se-hari2, atau dengan perkataan lain dapat membentuk pribadi muslim yaitu pribadi yang diwarnai dengan akhlak mulia yang telah diajarkan Nabi kita Muhammad SAW. Bila akhlak sudah baik, maka ilmu/pengetahuan, ketrampilan, maupun keahlian yang dimiliki seseorang akan membawa manfaat bagi sesama, sebaliknya segala kelebihan yang dimiliki orang yang berakhlak buruk hanya akan membawa kerugian yang besar bagi sesama.
Saudaraku, marilah kita belajar mengimplementasikan nilai2 agama kita ini dalam keseharian kita, semoga Tuhan selalu menuntun hati kita pada kebenaran, amin.... (Sml)
Dengan melekatkan (mengimplisitkan) amalan kebaikan pada transaksi2 kehidupan keseharian ini diharapkan nilai2 agama dapat terimplementasi dalam kehidupan se-hari2, atau dengan perkataan lain dapat membentuk pribadi muslim yaitu pribadi yang diwarnai dengan akhlak mulia yang telah diajarkan Nabi kita Muhammad SAW. Bila akhlak sudah baik, maka ilmu/pengetahuan, ketrampilan, maupun keahlian yang dimiliki seseorang akan membawa manfaat bagi sesama, sebaliknya segala kelebihan yang dimiliki orang yang berakhlak buruk hanya akan membawa kerugian yang besar bagi sesama.
Saudaraku, marilah kita belajar mengimplementasikan nilai2 agama kita ini dalam keseharian kita, semoga Tuhan selalu menuntun hati kita pada kebenaran, amin.... (Sml)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar