Saudaraku, terutama yang
hampir setiap hari naik kendaraan pribadi (motor/mobil) pergi – pulang dari
rumah ke tempat bekerja, lebih2 bila jaraknya cukup jauh yang mengharuskan
pergi pagi pulang malam, mari kita renungkan sejenak dampak kegiatan rutin
tersebut dalam jangka panjang, baik terhadap diri kita maupun orang lain.
Karena meledaknya jumlah
kendaraan yang jauh melebihi kapasitas jalan yang dilewati, maka jalan menjadi penuh
sesak dengan kendaraan, dan sulit dihindarkan terjadinya gesekan-gesekan
diantara sesama pengguna jalan yang semua ingin duluan lewat. Akibatnya mungkin tanpa kita sadari dari hari
ke hari selama di perjalanan itu kita telah mempraktekkan perilaku2 buruk kepada
pengguna jalan lain (misalnya berkata-kata kasar, mengumpat, mencaci-maki, dsb)
yang tanpa disadari dapat membentuk/memupuk sifat2 tercela/negatif seperti
keserakahan, keegoisan, ketidaksabaran (mudah marah), kecerobohan, mau menang
sendiri, bahkan sampai pada pengabaian keselamatan jiwa orang lain & diri
sendiri.
Ketika sudah dikejar
waktu, yang ada di pikiran kita mungkin hanya satu: ingin cepat2 sampai di
tempat bekerja supaya tidak terlambat. Mungkin hal
itu tidak salah, tetapi kalau kita kemudian melakukan tindakan2 yang
berisiko/membahayakan jiwa seperti mengebut, tidak mau memberi kesempatan para penyeberang
jalan atau pengguna jalan lain, menghabiskan/memenuhi seluruh badan jalan, dsb,
itu yang menurut saya tidak baik. Bukankah Tuhan mengajarkan kita untuk berjiwa
pemberi (bukan peminta), sabar, hati-hati/cermat, dan menghargai sesama? Bagaimana kita bisa memiliki jiwa pemberi atau
menghargai sesama kalau memberi kesempatan penyeberang jalan saja tidak mau?
Bagaimana kita bisa sabar kalau setiap ada hambatan/gangguan sedikit saja terhadap
kepentingan kita kita langsung marah? Bagaimana kita bisa hati-hati/cermat
kalau segalanya ingin serba cepat dalam waktu yang sangat singkat? Bagaimana
kita bisa menghargai sesama kalau kita begitu mudah mengabaikan keselamatan jiwa
orang lain?
Saudaraku, kalau rutinitas (sebagai masyarakat komuter)
itu memang tidak bisa kita hindari, terimalah dengan hati ikhlas & senang,
jadikanlah tantangan itu sebagai lahan untuk berlatih sabar, memupuk jiwa
pemberi, dan menumbuhkan sifat2 positip lainnya. Bukankah bila dilandasi dengan
keikhlasan hati, hal2 yang tadinya terasa berat dapat menjadi lebih ringan?
Bukankah mencari nafkah/kehidupan untuk keluarga itu tugas mulia kita (perintah)
dari Tuhan? Marilah tugas mulia (perintah Tuhan) itu kita tunaikan dengan se-baik2nya
dan tidak perlu kita nodai/kotori dengan tindakan2 yang tak terpuji. Justru
marilah kita iringi waktu2 perjalanan kita itu dengan dzikir & mengingat
Tuhan dalam hati, sebutlah nama-Nya selalu agar hati kita diberi ketenangan.
Ingatlah keluarga kita di rumah yang setia menunggu dan membutuhkan kita, demikian juga Saudara2 kita para pengguna
jalan yang lain pun ditunggu keluarganya masing2. Selanjutnya, perhitungkanlah
waktu tempuhnya dan cobalah berangkat lebih awal agar memiliki cadangan waktu yang
cukup, dengan mengutamakan keselamatan.
Namun, bila jaraknya memang cukup jauh & melelahkan bila
setiap hari pergi-pulang, maka sebaiknya tidak dipaksakan pulang setiap hari.
Pertimbangkanlah kemungkinan menginap di mess atau tempat lain yang bisa untuk
beristirahat di tempat kerja atau sekitarnya yang biaya sewanya tidak
memberatkan.
Kepada Saudaraku para Pemberi pekerjaan dan para Pemilik/Pengurus
perusahaan/institusi, bila terdapat anggota/pegawai/karyawan yang seperti itu,
bantulah mereka misalnya dengan menyediakan mess (tempat bermalam) yang murah
sewanya atau digratiskan, iringi dengan hati senang, niatkan untuk membantu
mereka dengan ketulusan & keikhlasan, semoga akan membaikkan semuanya,
amin…. Semoga permasalahan tersebut suatu saat ditemukan jaan keluar yang terbaik,
melembaga, dan dapat dirasakan manfaatnya, amin… (Sml)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar