Tentang Kami

Foto saya
Kel.Krukut, Kec.Limo, Kota Depok, Prov Jawa Barat, Indonesia
Selalu berusaha ikhlas-sabar-syukur, Pecinta kedamaian&ketulusan, Ingin selalu berbagi & bermanfaat bagi sesama

Sabtu, 29 Agustus 2020

Mengambil Hikmah Tahun Baru Hijriyah 1442

Sdrku, bila kita tengok sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw yang sejak masa kecilnya penuh dengan cobaan yang berat, tampaknya itu merupakan jalan yang digariskan Allah Swt Tuhan YMK untuk mempersiapkan Muhammad kecil sejak awal supaya kelak mampu mengemban amanat yang maha berat yakni sebagai Nabi akhir zaman. Diawali dengan meninggalnya Abdullah sang ayah ketika Muhammad masih di dalam kandungan Ibunya, Siti Aminah; sehingga Muhammad telah menjadi anak yatim sejak kelahirannya. Selanjutnya sesuai adat saat itu, Muhammad disusui oleh Ibu susu yang bernama Halimah Sa'diah selama hampir 6 tahun. Menjelang berumur 6 tahun barulah Muhammad kecil dikembalikan kepada Sang Ibu, Siti Aminah. Namun hanya dalam beberapa bulan saja Siti Aminah berkesempatan mengasuh Muhammad, karena Siti Aminah kemudian menderita sakit dan wafat ketika sedang dalam perjalanan berkunjung ke paman-pamannya dan ziarah ke makam ayahnya. Jadilah Muhammad yatim-piatu di usia 6 tahun. Muhammad kecil kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun dua tahun kemudian (ketika Muhammad berusia sekitar 8 tahun) Sang kakek pun wafat. Akhirnya Muhammad kecil pun diasuh oleh salah satu pamannya, yaitu Abu Thalib. Abu Thalib inilah yang paling lama mengasuh Muhammad, bahkan Abu Thalib juga yang kemudian melindungi Muhammad ketika telah menjadi Rasul, sampai akhir hayatnya. Muhammad, yang aktivitas utama masa kecilnya menggembala kambing/domba, ketika berusia sekitar 10 (sepuluh) tahun telah membantu pamannya ikut berdagang ke Negeri Syam dengan kendaraan Unta, yang tentu merupakan perjalanan yang melelahkan. Sejak kecil, karena kejujuran dan kemuliaan budi pekertinya Muhammad telah dijuluki "Al Amin" (yang dapat dipercaya). Namun Muhammad prihatin dengan kondisi mental/spiritual masyarakatnya, yang saat itu sebagian besar menyembah berhala, suka minum-minuman keras, dan melakukan kebiasan-kebiasaan buruk lainnya, sehingga keadaan itu dikenal dengan zaman "Jahiliyah". Muhammad, setelah dewasa kemudian hidup mandiri dengan menjadi pegawai Siti Khadijah sehingga Muhammad berulang kali melakukan perjalanan ke Negeri Syam. Berkat keuletan, kejujuran dan kemuliaan budi Muhammad maka usaha Siti Khadijah berkembang pesat. Siti Khadijah tertarik pada akhlak Muhammad, dan akhirnya menikahlah mereka pada saat usia Muhammad 25 tahun sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Dalam rangka memikirkan solusi bagi masyarakatnya, Muhammad secara berkala menyepi dengan bertafakur/berkhalwat (memikirkan kebesaran Allah Sang Pencipta semua makhluk serta meminta petunjuk-Nya) di Gua Hira'. Akhirnya, sampailah pada suatu hari (pada saat usianya 40 tahun) Muhammad menerima wahyu yang pertama di Gua Hira' (melalui Malaikat Jibril), yaitu Surat Al-'Alaq ayat 1-5 dari Kitab Suci Al-Qur'an. Peristiwa itu dikenal dengan "Nuzulul Qur'an". Sejak saat itu, mulailah Muhammad berdakwah dan mengajak untuk kembali kepada ketauhidan (hanya menyembah kepada Allah Swt) dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk sebelumnya. Akibatnya, berbaliklah sikap sebagian besar masyarakat Mekah yang tadinya bersahabat berubah menjadi memusuhi Muhammad. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun yang sulit, dijalani Nabi Muhammad Saw dengan kesabaran. Lebih-lebih sejak wafatnya Sang Isteri (Siti Khadijah) dan disusul dengan wafatnya Sang Paman (Abu Thalib), benar-benar merupakan pukulan berat bagi Nabi Muhammad Saw karena masyarakat Mekah semakin berani dan menjadi-jadi dalam memusuhi Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya yang belum banyak, walaupun telah 13 tahun berdakwah di Mekah. Tahun wafatnya Siti Khadijah dan Abus Thalib ini dikenal dengan "Aamul Khuzn" (Tahun Kesedihan). Selanjutnya, terjadilah peristiwa besar yaitu Isro' & Mi'roj Nabi Muhammad Saw, yang bila dilihat dari salah satu sudut pandang dapat dikatakan sebagai penghibur dan suntikan semangat/motivasi berjuang bagi Nabi Muhammad Saw. Walaupun jumlah pengikut Nabi Muhammad Saw (Pemeluk Islam) di Mekah saat itu belum banyak, tetapi pengikut Muhammad di Madinah telah cukup banyak dan siap menerima kehadiran Pemeluk Islam dari Mekah bahkan siap menjadi pembela. Karena keadaan di Mekah semakin tidak kondusif bagi masa depan dakwah dan perkembangan Islam mengingat besarnya tantangan dan rintangan yang dihadapi, akhirnya terjadilah peristiwa Hijrah atau pindahnya Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya (umat Islam Mekah) ke Madihah yag dilakukan secara berangsur-angsur dan sembunyi-sembunyi. Masyarakat Madinah pun dengan penuh kegembiraan menyambut dan menerima kehadiran kaum Muslimin dari Mekah untuk menetap dan hidup bersama/berdampingan di Madinah. Di kota Madinah itulah Nabi Muhammad Saw berhasil membangun masyarakat Islam yang kuat yang berasal dari kaum Anshor (penduduk Madinah) dan kaum Muhajirin (orang Mekah yang hijrah ke Madinah). Mereka hidup damai penuh persaudaraan dan kerukunan. Hanya dalam waktu sekitar 10 tahun pengikut Islam telah meluas ke wilayah-wilayah/kota dan negara lain, bahkan kota Mekah pun akhirnya menyerah kepada Nabi Muhammad Saw tanpa pertumpahan darah. Peristiwa Hijrah Tersebut dapat dikatakan sebagai titik balik bagi perkembangan Islam dari keadaan sebelumnya di Mekah yang selama 13 tahun sulit berkembang, berubah menjadi berkembang pesat di Madinah. Oleh karena itu di dalam kalender/penanggalan Islam yang dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khatab, Tahun keberangkatan hijrah tersebutlah yang disepakati menjadi tahun pertama. Sdrku, bagi kita umat Islam bahkan umat manusia yang hidup saat ini, mari kita berusaha mengambil hikmah/pelajaran di balik peristiwa hijrah tersebut dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Di antara hikmah dimaksud adalah: 1. Kesediaan/keikhlasan untuk meninggalkan sesuatu yang tidak baik atau yang menghambat upaya/perwujudan suatu kebaikan, yang tentu memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Tanpa kesediaan berjuang dan berkorban kita tidak akan dapat mewujudkan suatu kebaikan. Bila selama ini kita menjalani hal-hal yang (sebenarnya) menghambat pencapaian suatu kebaikan atau bahkan menikmatinya, harus kita tinggalkan; demikian juga bila selama ini kita justru meninggalkan hal-hal yg menunjang pencapaian suatu kebaikan atau bahkan menikmatinya, harus kita jalani! Ilustrasi penerapan peristiwa hijrah misalnya: sebelum menikah (sebelum sadar) kita memiliki kebiasaan merokok, boros, kikir, malas bangun pagi/shalat dan malas bekerja, tetapi setelah menikah (setelah sadar) kita berhenti merokok (uangnya untuk kebutuhan keluarga), hemat, dermawan, rajin bangun pagi/shalat dan rajin bekerja. 2. Tanpa disadari, kita semua telah menjalani hijrah sesuai dengan keadaan kita masing-masing, mungkin: a) dari posisi 'tinggal meminta kepada orang tua' menjadi berjuang berdiri sendiri' dalam berekonomi; b) dari status 'anak' (dari orang tua kita) menjadi 'bapak' (dari anak-anak kita); c) dari posisi yang 'tinggal perintah untuk segala urusan' menjadi 'harus dikerjakan sendiri'; d) dari posisi 'serba ada' menjadi 'serba kekurangan', atau sebaliknya; e) dari tempat tinggal/bekerja yang lama ke tempat tinggal/bekerja yang baru; f) dari situasi/lingkungan yang lama (konflik, tertekan, tidak bebas) ke situasi/lingkungan yang baru (damai, bebas); dan sebagainya. Dari semua jenis hijrah tersebut (terutama yang kita alami), mari kita luruskan niat kita semata hanya karena Allah Swt kerena apa yang dapat kita peroleh ketika hijrah tergantung pada niat kita. Bila niat kita sebelumnya 'sebatas karena dunia (materi/harta, kedudukan, wanita, atau sejenisnya)' mari kita luas-dalamkan niat kita menjadi 'karena mencari ridho Allah Swt'. 3. NKRI yang kita cintai ini adalah contoh nyata hasil perjuangan panjang dan pengorbanan besar para pendahulu dan pendiri bangsa kita dari segala penjuru tanah air dalam 'berhijrah' dari 'cengkeraman dan kungkungan penindasan oleh kaum kolonialis/penjajah bangsa lain' ke 'alam kemerdekaan yang men-sejajarkan bangsa kita dengan bangsa-bangsa lain'. Oleh karena itu, mari kita lanjutkan perjuangan dan pengorbanan para pendahulu dan pendiri bangsa kita ini di dalam 'berhijrah', dengan mengisi kemerdekaan NKRI yang berdasarkan Pancasila ini dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi kemanusiaan, keadilan, demokrasi, dan persatuan, menuju kesejahteraan bersama, di dalam ridho Allah Swt, Aamiin YRA....! (Ragil 2020)

Jumat, 14 Agustus 2020

RENUNGAN HUT KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA KE-75 (17 AGUSTUS 1945 - 17 AGUSTUS 2020)

Bila kita tengok sejarah perjuangan bangsa kita dalam usaha melawan dan mengusir kolonialis/penjajah, maka kita akan menangkap betapa gegap gempitanya perlawanan demi perlawanan rakyat di berbagai daerah Nusantara yang berlangsung selama berabad-abad. Dimulai dari perlawanan/pergerakan yang bersifat kedaerahan sampai akhirnya menjelma menjadi pergerakan yang bersifat nasional (kebangsaan), semua menunjukkan betapa besar perjuangan dan pengorbanan tanpa pamrih dari para pendahulu kita dalam membela rakyat dari penindasan kaum penjajah. Tenaga, pikiran, harta, darah dan nyawa telah mereka persembahkan dalam perjuangan panjang dan melelahkan bagi terwujudnya kemerdekaan bumi pertiwi yang kita cintai: Indonesia. Dari pergerakan-pergerakan (perlawanan) kedaerahan itu kita mengenal berbagai tokoh gagah-berani seperti: Pattimura (Saparua/Maluku), Sultan Mahmud Badaruddin (Palembang), Tuanku Imam Bonjol (Minangkabau/Sumatra Barat), Pangeran Diponegoro (Yogyakarta), Teuku Umar, Panglima Polim (Aceh), dan nama-nama lainnya, yang dihadapi oleh pihak kolonialis/penjajah dengan politik devide et impera (memecah belah, atau adu domba) dan tidak jarang dengan cara yang licik. Karena belum munculnya kesadaran pergerakan yang bersifat nasional mengakibatkan perjuangan-perjuangan yang gigih dari berbagai daerah tersebut pada umumnya belum membuahkan hasil sesuai yang diharapkan. Pada babak perjuangan berikutnya, yang bercorak lebih modern yang ditandai dengan pembentukan berbagai organisasi sebagai wadah/alat perjuangan, melalui berbagai bidang (pendidikan, keagamaan, ekonomi, politik, kebudayaan, diplomasi internasional), dan dengan cakupan yang meluas ke lingkup nasional, telah semakin menyadarkan perlunya persatuan nasional di dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Tonggak-tonggak sejarah pada babak tersebut terutama adalah: a) Semangat Emansipasi Wanita dari Raden Ajeng Kartini (1879-1904, di Jawa Tengah) yang telah menyadarkan pentingnya pendidikan bagi kaum wanita, melahirkan berbagai sekolah wanita di sejumnlah kota di Pulau Jawa, serta mengilhami munculnya organisasi-organisasi pergerakan di daerah lain. R.A. Kartini, puteri seorang Bupati di Jawa Tengah, yang merasa prihatin dengan adat Jawa yang dinilainya menghalangi kaum wanita untuk maju, betapa sangat berbeda dengan keadaan kaum wanita di Eropa yang diketahuinya dari buku, majalah, dan hasil korespondensi dengan sahabatnya di Eropa, telah membentuk tekad yang bulat pada dirinya untuk membebaskan kaum wanita dari kebodohan. Cita-cita R.A. Kartini itu tertuang di dalam kumpulan surat-suratnya yang ditulis antara 1899-1904 yang kemudian dikenal dengan judul "Habis Gelap Terbitah Terang"; b) Lahirnya perkumpulan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta yang disusul dengan berdirinya organisasi-organisasi lain seperti Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, Indische Partai, Muhammadiyah, dsb; c) Ikrar Sumpah Pemuda (bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia) oleh para utusan pemuda dari seluruh Nusantara pada Konggres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, di Jakarta); dan d) Puncaknya, alhamdulillah rangkaian perjuangan panjang tersebut berhasil mengantarkan rakyat pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, di mana Teks Proklamasi dibacakan oleh Sukarno - Hatta atas nama Bangsa Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari sejarah perjuangan tersebut kita dapat merasakan betapa tak terhitung lagi besarnya pengorbanan dan persembahan para pendahulu kita, yang hampir seluruh hidupnya untuk berjuang dan berkorban. Kita yang hidup saat ini (setelah kemerdekaan) tinggal menikmati hasilnya: NKRI, negara yang merdeka dan berdaulat. Apa yang kita nikmati dan rasakan saat ini adalah hasil perjuangan dan pengorbanan mereka. Mereka tidak hanya menghadiahkan kepada kita NKRI yang merdeka dan berdaulat, tetapi juga telah mewariskan dasar-dasar yang kokoh bagi negara bangsa ini untuk berkembang maju dan besar serta mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyatnya, yaitu: Pembukaan UUD 1945 (yang memuat pernyataan kemerdekaan, tujuan negara, sifat religius atau pengakuan atas Ketuhanan, bentuk negara/pemerintahan, dan Pancasila dasar negara), batang tubuh UUD 1945, semboyan "bhinneka tunggal ika", dan atribut-atribut penting sebuah negara seperti bendera kebangsaan Sang Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya. Oleh karena itu, sebagai generasi pengisi kemerdekaan, mari kita do'akan bagi kebaikan para pendahulu kita, kita lakukan peran, tugas dan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya apapun profesi kita, mari kita selalu berusaha berbagi kepada sesama, menjaga lingkungan hidup, serta taat dan bersyukur kepada Sang Pencipta: Allah Swt.