Sdrku, mari kita sll belajar &menebar manfaat menuju kebaikan bersama &ridlo Allah Swt. Blog ini mencoba belajar berbagi masukan/saran scr cuma2 kpd Sdr2ku utk menemukan ketenangan/kedamaian hidup &menyelamatkan bahtera rumah tangga. Sdr2ku yg memerlukan dpt mengisi FORMULIR KONTAK yg tersedia dan mengirim kembali. Selain Blog ini, Sdr juga dpt mengakses link Twitter ini: https://twitter.com/sumilir_ragil Semoga bermanfaat, Aamiin YRA... Wassalam. (Sumilir)
Tentang Kami
- bloger.com
- Kel.Krukut, Kec.Limo, Kota Depok, Prov Jawa Barat, Indonesia
- Selalu berusaha ikhlas-sabar-syukur, Pecinta kedamaian&ketulusan, Ingin selalu berbagi & bermanfaat bagi sesama
Jumat, 14 Agustus 2020
RENUNGAN HUT KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA KE-75 (17 AGUSTUS 1945 - 17 AGUSTUS 2020)
Bila kita tengok sejarah perjuangan bangsa kita dalam usaha melawan dan mengusir
kolonialis/penjajah, maka kita akan menangkap betapa gegap gempitanya perlawanan
demi perlawanan rakyat di berbagai daerah Nusantara yang berlangsung selama
berabad-abad. Dimulai dari perlawanan/pergerakan yang bersifat kedaerahan sampai
akhirnya menjelma menjadi pergerakan yang bersifat nasional (kebangsaan), semua
menunjukkan betapa besar perjuangan dan pengorbanan tanpa pamrih dari para
pendahulu kita dalam membela rakyat dari penindasan kaum penjajah. Tenaga,
pikiran, harta, darah dan nyawa telah mereka persembahkan dalam perjuangan
panjang dan melelahkan bagi terwujudnya kemerdekaan bumi pertiwi yang kita
cintai: Indonesia.
Dari pergerakan-pergerakan (perlawanan) kedaerahan itu kita mengenal berbagai
tokoh gagah-berani seperti: Pattimura (Saparua/Maluku), Sultan
Mahmud Badaruddin (Palembang), Tuanku Imam Bonjol (Minangkabau/Sumatra Barat),
Pangeran Diponegoro (Yogyakarta), Teuku Umar, Panglima Polim (Aceh), dan
nama-nama lainnya, yang dihadapi oleh pihak kolonialis/penjajah dengan politik
devide et impera (memecah belah, atau adu domba) dan tidak jarang dengan
cara yang licik. Karena belum munculnya kesadaran pergerakan yang bersifat
nasional mengakibatkan perjuangan-perjuangan yang gigih dari berbagai daerah
tersebut pada umumnya belum membuahkan hasil sesuai yang diharapkan.
Pada babak perjuangan berikutnya, yang bercorak lebih modern yang ditandai dengan
pembentukan berbagai organisasi sebagai wadah/alat perjuangan, melalui berbagai
bidang (pendidikan, keagamaan, ekonomi, politik, kebudayaan, diplomasi
internasional), dan dengan cakupan yang meluas ke lingkup nasional, telah
semakin menyadarkan perlunya persatuan nasional di dalam perjuangan meraih
kemerdekaan.
Tonggak-tonggak sejarah pada babak tersebut terutama adalah:
a) Semangat Emansipasi Wanita dari Raden Ajeng Kartini (1879-1904, di Jawa
Tengah) yang telah menyadarkan pentingnya pendidikan bagi kaum wanita,
melahirkan berbagai sekolah wanita di sejumnlah kota di Pulau Jawa, serta
mengilhami munculnya organisasi-organisasi pergerakan di daerah lain. R.A.
Kartini, puteri seorang Bupati di Jawa Tengah, yang merasa prihatin dengan adat
Jawa yang dinilainya menghalangi kaum wanita untuk maju, betapa sangat berbeda
dengan keadaan kaum wanita di Eropa yang diketahuinya dari buku, majalah, dan
hasil korespondensi dengan sahabatnya di Eropa, telah membentuk tekad yang bulat
pada dirinya untuk membebaskan kaum wanita dari kebodohan. Cita-cita R.A.
Kartini itu tertuang di dalam kumpulan surat-suratnya yang ditulis antara
1899-1904 yang kemudian dikenal dengan judul "Habis Gelap Terbitah Terang";
b) Lahirnya perkumpulan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta yang disusul
dengan berdirinya organisasi-organisasi lain seperti Sarekat Dagang Islam yang
kemudian menjadi Sarekat Islam, Indische Partai, Muhammadiyah, dsb;
c) Ikrar Sumpah Pemuda (bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa
Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia) oleh para utusan
pemuda dari seluruh Nusantara pada Konggres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, di
Jakarta); dan
d) Puncaknya, alhamdulillah rangkaian perjuangan panjang tersebut
berhasil mengantarkan rakyat pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, di
mana Teks Proklamasi dibacakan oleh Sukarno - Hatta atas nama Bangsa Indonesia
di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dari sejarah perjuangan tersebut kita dapat merasakan betapa tak terhitung lagi
besarnya pengorbanan dan persembahan para pendahulu kita, yang hampir seluruh hidupnya
untuk berjuang dan berkorban.
Kita yang hidup saat ini (setelah kemerdekaan) tinggal menikmati hasilnya: NKRI,
negara yang merdeka dan berdaulat. Apa yang kita nikmati dan rasakan saat ini
adalah hasil perjuangan dan pengorbanan mereka. Mereka tidak hanya menghadiahkan
kepada kita NKRI yang merdeka dan berdaulat, tetapi juga telah mewariskan
dasar-dasar yang kokoh bagi negara bangsa ini untuk berkembang maju dan besar
serta mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyatnya, yaitu: Pembukaan UUD 1945
(yang memuat pernyataan kemerdekaan, tujuan negara, sifat religius atau
pengakuan atas Ketuhanan, bentuk negara/pemerintahan, dan Pancasila dasar
negara), batang tubuh UUD 1945, semboyan "bhinneka tunggal ika", dan
atribut-atribut penting sebuah negara seperti bendera kebangsaan Sang Merah
Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Oleh karena itu, sebagai generasi pengisi kemerdekaan, mari kita do'akan bagi
kebaikan para pendahulu kita, kita lakukan peran, tugas dan kewajiban kita
dengan sebaik-baiknya apapun profesi kita, mari kita selalu berusaha berbagi
kepada sesama, menjaga lingkungan hidup, serta taat dan bersyukur kepada Sang
Pencipta: Allah Swt.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar